Arsib Buku

‎BP Lakukan Studi Tapak Pembangkit Nuklir

‎BP Lakukan Studi Tapak Pembangkit Nukli

 

‎BP Lakukan Studi Tapak Pembangkit Nuklir

BATAM‎ – MoU Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) RI dan BUMN Rusia, Rosatom mengenai penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai, ditindaklanjuti dengan dua kali kehadiran perusahaan Rusia itu ke Batam. Kini, Badan Pengusahaan (BP) Batam juga melakukan studi tapak untuk peluang pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Batam. ‎

Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andianto, Minggu (3/4) mengakui kalau pihaknya sudah melakukan studi terkait rencana pembangunan PLTN itu. Dimana, studi tapak dilakukan untuk mengetahui peluang lokasi dibangun PLTN.

“Sekarang sedang studi tapak/lokasi, kerjasama antara BP Batam dengan BATAN,” ungkap Andi.

Disebutkan Andi, dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk membangun pembangkit tenaga nuklir. Namun BP Batam dan BATAN sudah mengecek peluang membangun pembangkit tenaga nuklir di Jembatan kearah Rempang Galang.

“Di Jembatan 1, kita sudah cek gelombang dan arus disana. ‎‎Gelombang dan arus tidak kuat. ‎Tapi butuh 10 tahun untuk membangun tenaga pembangkit tenaga nuklir. Semua sudah dicek,” katanya.‎

Disebutkan Andi, studi tapak nuklir dilakukan di pulau-pulau‎ di Batam. Sementara untuk pra feasibility study (FS), BP dan BATAN, sudah selesai ‎melakukannya. Andi mengatakan, setelah studi, baru akan disosialisasikan kepada masyarakat.

“Masih terlalu dini (bicara kapan pembangunan nuklir). Nanti jadi pembangkit listrik. Nanti dibangun lewat lelang terbuka. Bisa Rusia, Korea, Jepang dan lain-lain,” katanya.

‎Sebelumnya, saat nenerima delegasi Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, Galuzin,  Kepala BP Batam, Mustofa Widjaja menyampaikan, jika mereka harus mengkaji dulu. Dimana, mereka harus terlebih dulu mempelajari, mengkaji, dan melakukan studi terkait teknologi nuklir. Akhir tahun lalu, BP Batam sendiri dijadwalkan akan me-review masterplan. Namun hasil review masterplan itu sendiri belum diketahui hingga saat ini.

Rusia sendiri tergolong intens melakukan komunikasi dengan BP Batam untuk rencana mereka membangun PLTN. HE Galuzin sendiri menyebutkan, Teknologi nuklir Rusia juga, yang terbaik di dunia. Sudah berpengalaman lebih dari 50 tahun. Diyakininya, dengankerjasama teknologi nuklir akan meningkatkan iklim investasi di Batam seperti penyediaan energi untuk pengembangan proyek monorail, airport, seaport, dan teknologi manufaktur.

BUMN milik Rusia, Rasatom, menawarkan PLTN di Batam. Dengan PLTN, dijanjikan lebih hemat beberapa kali, dibanding menggunakan gas dan BBM. Dimana, dengan Nuklir dinilai cocok untuk industri dengan kemampuan pembangkit hingga 4.800 mega watt (MW). Director of Business Development Rasatom, Anna Kudryavtseva, di Batam, mengungkapkan jika proyek mereka sudah dilakukan Turki dengan energi 2400 mw. Mereka membutuhkan lahan sekitar 40 hektar untuk pembangkitnya.

Sementara, Asroni Harahap, mewakili BP Batam saat itu, menilai perlu pembahasan lanjutan. Alasannya, masyarakat trauma dengan nuklir, setelah kejadian di Jepang, pasca gempa dan tsunami. Selain itu, Rusia juga diakui, akan melakukan survey, untuk keselamatan.‎

Menurut dia, pembicaraan dengan Rusia sudah diawali tahun 2012. Saat itu ada MoU dengan Rusia terkait dengan investasi, melalui join working Rusia-Indonesia. Hanya saja, Asroni enggan membahas lebih jauh, terkait dengan investasi pembangkit nuklir ini. Dia beralasan, dibutuhkan pembahasan lanjutan terkait dengan kebijakan publik.

‎BP Batam sendiri sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), dalam upaya peningkatan pengawasan keselamatan dan keamanan pemanfaatan ketenaganukliran di wilayah kerja BP Batam.

MoU itu dimaksudkan untuk menyelarasakan fungsi dan peranan masing-masing pihak secara efektif dan efisien. Dimana, program prioritas BAPETEN, dimaksudkan dalam penguatan jaminan perlindungan keselamatan pasien radiologi. Kemudian dukungan infrastruktur keamanan nuklir nasional, serta penyiapan infrastruktur pengawasan terhadap pembangunan dan pengoperasian reactor daya.